Oleh : Dhitta Puti Sarasvati
- Tahukah anda bahwa ada peraturan desa (perdes) yg melarang siswa kelas 6 u/ membersihkan halaman sekolah.
- Perdes itu diberlakukan u/ mempersiapkan anak2x kls 6 menghadapi UN. Mereka hny boleh belajar u/ UN.
- Yang membersihkan sekolah adalah orang tua dan guru. Siswa kelas 6 cukup belajar saja.
- Tahukah anda bahwa banyak guru tidak mau mengajar dengan inovatif dengan alasan, "Ini tidak di-UN-kan?"
- Tahukan anda bahwa tdk ada 1 pun negara lain yang menjalankan sistem Ujian Nasional spt halnya di Indonesia?
- Tahukah anda bahwa pencipta ujian tertulis pertama terjadi di Cina untuk menyeleksi pegawai?
- Tetapi di Cina tidak ada ujian untuk menentukan kelulusan loh.. Ada untuk seleksi masuk PT.
- Pak Fasli bilang UN harus dibuat lebih rumit. Lebih rumit bukan berarti lebih bermutu loh?
- Kalau siswa SD ditanya mengenai nama enzim-enzim, misalnya, itu rumit, tapi bukan berarti melatih daya pikir.
- Tujuan UN dlm dokumen pemerintah, sebagai standar kelulusan, & alat pemetaan.
- Malah rencananya mau dijadikan alat penentu masuk PT. Malah mau dijadikan alat ukur masuk PT. Itu konyol.
- Cara mendesain ujian u/ alat evaluasi exit exam (kelulusan),&entry exam (masuk PT) itu berbeda sama sekali.
- Tahukah anda bahwa di peringkat PISA dan TIMSS indonesai merupakan salah satu negara dengan nilai terendah?
- TOEFL bs dikonversi ke IELTS&sebaliknya.Kalau hasil UN dikonversi ke PISA nilai UN = berapa nilai PISA yah?
- Apa benar UN mengukur kualitas pendidikan?
- Dalam KTSP, kita punya namanya standar kompetensi lulusan (SKL). Apakah UN mengukur itu?
- Contoh SKL SMP (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) Mencari& menerapkan informasi secara logis,kritis&kreatif.
- Apakah UN mengukur itu? Ternyata tidak saudara-saudara.
- Jadi UN itu alat ukur terhadap apa yah?
- Yang jelas UN bukan alat ukur untuk menentukan apakah lulusan kita sudah mencapai SKL tersebut.
- Ujian, tidak bisa sekaligus untuk pemetaan dan exit exam. Dua itu cara mendesainnya berbeda.
- UN u/ memaksa siswa belajar kata birokrat. Asumsinya belajar motivasinya harus ekstrinsik bukan intrinsik
- Kalau membuat anak hanya belajar untuk ujian itu tidak akan berkelanjutan
- Kalau main Angry Birds kan penasaran untuk terus bisa lebih baik dan naik level. Itu intrinsic motivation.
- Kita inginnya anak2x belajar seperti itu. Belajar karena senang bukan karena terpaksa.
- Ada Iklan Bimbel besar2xan di koran yg menyatakan kesuksesan siswa masuk PT adalah karena peranan bimbel.
- Artinya mereka sudah tidak menganggap sekolah memiliki peran dalam kesuksesan siswa.
- Iklannya : Wow Fantastik belasan ribu siswa [Bimbingan tes ini] masuk PT bukti dahsyatnya belajar di BT ini.
- Extrinsic motivation memang bisa membuat anak belajar tetapi bukan di level high order thinking.
- Semua inovasi pendidikan tidak akan berjalan dengan baik dengan pola UN yang sekarang.
- UN mengukur skil yang sudah kuno. Menghitung yang rumit tapi bukan problem solving (kalau di matematika)
- UN mengubah tujuan pendidikan menjadi sekedar terampil mengerjakan soal.
- Tujuan pendidikan seperti yang tercantum dalam kurikulum malah tidak tercapai.
- Sekali lagi UN itu mau mengukur apa sih? Keterampilan dan pengetahuan seperti apa sih?
- Di DKI sudah ada larangan bagi sekolah untuk menyelenggarakan bimbingan tes di sekolah.
- Bimbingan test [BT] kata yang lebih tepat bukan bimbingan belajar (Bimbel).
- U/ mengakalinya,ada sklh mbuat jadwal agar siswa bgantian keluar d jam pelajaran u/ mengikuti bimbingan tes.
- Ada sekolah yang mengajarkan higher order thinking skills ke siswanya.
- Ternyata bilai mereka lebih rendah dari sekolah yang tidak membiasakan higher order thinking skills.
- Di sana anak2x sudah biasa berdiskusi,mcari informasi sendiri,menganalisis literatur,belajar problem solving.
- Sekolah yg kualitas belajarnya tdkk bagus nilainya lebih tinggi dr sekolah yg kualitas belajarnya lbh bagus.
- Beberapa sekolah siswanya malah sudah bisa mengkritisi soal UN. Kemampuan berpikir kritisnya lebih tinggi.
- Cthnya ttg rantai makanan. Kodok dimakan ular. Kagtanya, "Kenapa tdkdimakan sama orang Cina yg makan swike?"
- Lah itu sudah bisa analisis, tapi belum tentu nilai UN-nya bagus.
- Salah satu tujuan pendidikan kita kan agar anak memiliki kemampuan analisis yang bagus.
- Kalau UN tidak bisa mengukur kemampuan analisis siswa lalu apa yang diukur?
- Kalau kita ingin siswa kita memiliki kompetensi ttt, tdk masalah brp lamadia mcapai itu yg penting tcapai.
- Misalnya kalau tes TOEFL si A nilainya X dengan sekali ujian. B nilainya X setelah berkali2x ujian.
- Kompetensinya sama walau B mengulang lebih sering.
- Kalaupun mau m'adakan ujian, hrs drancang agar siswa bs berkali2 mengulang sampai dia bisa tanpa terbebani.
- Di Swedia tidak ada ujian kelulusan tapi ada ujian u/ mengukur kecakapan siswa dlm berbagai mata pelajaran.
- Ujiannya tdk di akhir tahun kelulusan (misalnya tahun ketiga), tapi di tahun kedua.
- Siswa boleh mgulang berkali2x selama masa sekolah sampai lulus.
- Yang merancang ujian adalah guru, tapi pemerintah bertugas untuk menilai kemampuan guru merancang ujian.
- Kalau di Indonesia, guru dirancang untuk tidak terampil membuat soal (berkualitas).
- Yang membuat soal hanya orang tertentu, misalnya d tingkat kecamatan. tentunya membuat soal dapat uang dong!
- Jadi kenapa sih UN masih dipertahankan?
- UN mengukur keterampilan berpikir yang paling rendah.
- UN tidak mengukur tercapainya tujuan pembelajaran yang tercantum dalam kurikulum pendidikan.
- UN menjadikan sekolah sebiuk berlatih soal. Tentunya bukan kecakapan yg dibutuhkan di abad ini.
- Tidak ada satupun negara yang melakukan hal yang sama.
- Peringkat literasi dan numerasi kita salah satu yang tersendah di dunia (padahal nilai hasil UN bagus).
- Apa sih yang mau dipertahankan?
- Siip. Sementara sudah dulu yah saya berkicaunya ttg cerita #Pertemuandgdedengkotpendidikan. Tolong di RT kalau setuju. Thanks b4.
http://groups.yahoo.com/group/ikatanguruindonesia/message/39120
0 comments:
Posting Komentar